Goris Mustaqim
Tak banyak
pemuda yang setelah sukses menuntut ilmu di tanah rantau kembali lagi untuk
membangun daerahnya. Kebanyakan orang memilih bermukim dan bekerja di kota.
Tapi tak demikian dengan Goris Mustaqim. Pemuda asal Garut yang lulus dari Teknik
Sipil ITB pada tahun 2006 ini memilih kembali ke desanya dan membangun daerahnya.
Garut merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat yang pernah tercatat dalam daftar daerah miskin dan tertinggal. Padahal menurut Goris, potensi Garut sangat luar biasa. “Garut punya potensi pariwisata, pertanian, UKM, dan banyak lainnya yang jika dikembangkan tentu akan jadi sangat luar biasa!” ungkap pemuda yang dulu pernah menjabat sebagai Sekjen Keluarga Mahasiswa ITB ini.
Sejak duduk
di bangku kuliah, Goris telah banyak terlibat membidani program-program
pemberdayaan masyarakat dan kewirausahaan. Ia pun pernah menjabat sebagai Ketua
Forum Mahasiswa Garut (FORMAT) ITB dan mengajak para pemuda untuk berkontribusi
pada daerahnya. Setelah lulus kuliah, Goris yang memang bertekad menjadi
pengusaha mendirikan PT Resultan Nusantara bersama rekan-rekannya sekaligus
menghimpun para pemuda di Garut untuk mendirikan Asgar Muda.
Melalui
Asgar Muda --paguyuban pemuda asal Garut yang memiliki cita-cita untuk
membangun daerah—Goris menyebarkan ide-ide kewirausahaan sosial dan mengajak
masyarakat bahu membahu membangun daerahnya. Goris bersama rekan-rekannya
melakukan pembinaan kepada pemuda dan ibu-ibu di Desa Jelawu, Garut, untuk mengembangkan
kerajinan dari tanaman akar wangi yang
konon katanya hanya bisa tumbuh di Garut. Akar wangi ini diolah menjadi minyak atsiri dan limbahnya diolah menjadi
barang-barang kerajinan seperti bantal, taplak dan lain sebagainya sehingga
mempunyai nilai tambah dan dapat menyejahterakan para pengrajin.
Tak hanya itu, Asar Muda yang
memiliki tiga fokus utama yakni pendidikan, kewirausahaan pemuda, dan community development juga telah memberikan
berbagai kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam bidang
pendidikan, Asgar Muda menyediakan bimbingan belajar dari mulai SD-SMA dengan
memprioritaskan masyarakat yang kurang mampu. Sejak tahun 2007, bimbingan
belajar Supercham ini telah membina lebih dari 1000 siswa yang 70% diantaranya
diterima di PTN ternama. Selain itu, 50% dari siswa tak mampu disekolahkan
secara gratis.
Di bidang kewirausahaan pemuda,
Asgar Muda membantu para pemuda di Garut yang ingin mengembangkan bisnisnya
dengan memberikan pelatihan, mentoring, bantuan akses pasar dan investor,
pameran, dan lain sebagainya. Salah satu binaan Asgar Muda yang kini sukses
antara lain adalah Mostra yang merupakan produk tas kulit yang kini telah cukup
dikenal masyarakat.
Sedangkan dalam bidang community development, Asgar Muda melakukan
pegembangan masyarakat dengan membangun usaha di bidang microfinance yakni BMT (baitul
mal wa tamwil) yang memberikan pinjaman syariah kepada pedagang kecil di
Garut dengan plafon antara 1-5 juta rupiah. Selain itu, Asgar Muda juga
membantu Koperasi Akar Wangi untuk mengembangkan usaha akar wangi milik
masyarakat.
Berbagai
program lain kini juga terus dikembangkan Goris dan rekan-rekannya di Asgar
Muda. Ia mengembangkan model bisnis Investasi Pohon untuk memberdayakan para
petani sekaligus menjaga kelestarian alam Garut, mengadakan festival seni,
program sembako murah, pemeriksaan kesehatan gratis, dan lain sebagainya. “Jika
bukan kita para pemuda, siapa lagi yang akan membangun daerah?” ungkap Goris,
suami dari Paramita Mentari Kesuma yang menikah pada 2011 lalu.
Kalau para sarjana berbondong-bondon
pergi ke kota untuk melamar pekerjaan. Goris justru sebaliknya. Ia tak pernah
melamar pekerjaan. Semenjak duduk di bangku kuliah, ia telah bertekad menjadi
pengusaha. Setelah lulus dari ITB, ia bersama rekan-rekannya mendirikan PT
Barapraja Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi PT Resultan Nusantara.
Dia juga tercatat sebagai Kepala Lembaga Intermediasi UMKM untuk wilayah Garut.
Pria kelahiran 14 Maret 1983 ini kini memfokuskan perhatiannya pada
pengembangan Asgar Muda. Meski demikian, ia juga masih menjadi konsultan di
berbagai lembaga dan menggeluti bisnis properti.
“Berbicara mengembangkan
potensi daerah ya harus dengan kewirausahaan. Cuma itu yang bisa membuat diri
kita sekaligus daerah kita menjadi maju dan berkembang.” Ungkap Goris.
Meski
memilih jalan yang berbeda dibandingkan kebanyakan pemuda lulusan Universitas
ternama, Goris justru mengaku berbangga. Rekan-rekannya mungkin kini menduduki
berbagai posisi strategis di perusahaan-perusahaan asing dengan gaji dollar,
tapi kebahagian bagi Goris adalah ketika ia bisa memberikan kontribusi dan bermanfaat bagi masyarakat. “Saya tak pernah
merasa kecewa, justru saya bersyukur. Banyak hal yang saya dapatkan. Kemampuan,
kapabilitas, dan networking saya
semakin berkembang. Semua ada rejeki dan jalanya.” Tutur Goris.
Kontribusi
Goris telah banyak mendapatkan penghargaan baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Selain menjadi pembicara di berbagai forum, Goris bersama
rekan-rekannya juga menulis buku “Pemuda Membangun Bangsa dari Desa” untuk memotivasi
para pemuda membangun daerahnya.
Pada 2010 lalu, ia diundang Presiden Barack
Obama mengikuti Presidential Summit on Entrepreneurship di Washington DC. Tak
hanya itu, ia juga meraih penghargaan sebagai Asia’s Best Young Entrepreneur, 10
Best Indonesian Male in Mc Donald’s Olympic International Youth Camp, Community
Entrepreneur Award dari British Council, Indonesian Climate Champions
(International Youth Delegation) di Copenhagen, Denmark, dan masih banyak lagi.( sumber : sea-dd.com , choirunnizak-fauziati )
Indonesia masih membutuhkan pemuda seperti Goris Mustaqim ini lebih banyak untuk membangun daerahnya ya Mba.
BalasHapusSalam